Sabtu, 29 Januari 2011

MENCETAK ANAK SHALIH........

Membaca topik di atas, seakan-akan menggelikan. Koq anak dicetak, sepertinya membuat kue saja. Padahal dengan pengungkapan kata "cetak" diasumsikan bahwa anak tersebut tak ubahnya "kue". Bayangkan jika kue bisa dicetak ke berbagai tipe dan bentuk, kenapa manusia tidak mungkin ????sebuah pertanyaan yang seharusnya mendapatkan prioritas jawaban.




Sebab kalau tidak, maka persepsi negatif akan bermunculan ke permukaan. Semisal, ada anak yang tidak terarah oleh kedua orangtuanya, dari saking sibuknya, bayangkan sang Bapak pagi-pagi sekali telah menghilang dari rumahnya, juga sang Ibu, pagi-pagi buta sudah menghilang pula berangkat ke kantor masing-masing.Apa yang terjadi dengan anak-anaknya di rumah. Siapa yang mengontrol makannya, mandinya, sekolahnya, belajarnya. Yah paling-paling sang "pembantu" yang menggantikan fungsi dan kewajiban sang Ayah dan Ibu. Bayangkan betapa salah satu kasih sayang seorang Ibu sudah tergantikan oleh tangan-tangan yang tak selembut tangan sang Ibu. Kasian anak-anak .

Maka peran sang anak untuk kita harapkan menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya, tsk akan maksimal. Jangan salahkan mereka jika mereka tak berbakti pada nya. Hanya saja jika andaikata si anak tertanam rasa keagamaan yang tinggi, Insya Allah mereka akan selalu ingat kepada jerih payah mereka (Ibu dan Bpk) saat mereka masih kecil-kecil. Bagaimana jerih payah sosok sang Ibu membesarkan, merawat, mengantarkan ke jenjang kedewasaan, sungguh tak ada bandingannya, rasanya sang anak gak akan mampu membalasnya. Apalah arti uang sejuta dua juta...tak mampu tuk membalsnya. Karenanya, hai anak-anak Indonesia, berbaktilah kalian pada Ibu dan Bapak kalian. hormati mereka, sambangi mereka, tatap mereka, sebab kata Nabi saw, "kemudahan dan keberkahan akan Allah limpahkan kepada seseorang yang selalu istiqamah menatap kedua orangtuanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberikan Komentar atau Pertanyaan jika ada yang ingin ditanyakan